Daun Sirsak vs Kemoterapi
(Ribuan Kali Lebih Kuat)
Mengobati
Kanker Serviks
sumber:
Trubus Online
‘Selamat
ya, sudah hamil.’ Yanti Sumiati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan
kerja, tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang
menerka ia hamil 5 bulan. Hati Yanti justru remuk‑redam. Sebab, bukan janin
dalam kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang perempuan
setiap 4 menit.
Yanti
Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah
klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit,
‘Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran
Bogor , Jawa Barat, 20
Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang
mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet
Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.
Dokter
yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya
sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti.
Kadar CA
– indikator adanya sel kanker – 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35 U/ml.
Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan Yanti
menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan lain.
Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk
mengatasi kista.
Namun, 2
tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama persis
dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih pengobatan herbal. Ia
mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam kapsul untuk sebulan.
Sayang, Yanti yang membayar Rp9-juta tak mengetahui jenis tanaman obat yang ia
konsumsi.
Batal operasi
Yanti
disiplin mengonsumsi 3 kapsul herba itu 3 kali sehari. Namun, tanda-tanda
kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian membesar dan nafsu makan
hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu
juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang
membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yanti
memutuskan untuk menjalani operasi pada 10 Agustus 2010.
Sehari
sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika
itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka
Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai
informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil penelitian di
mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu
menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya, Yanti
membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3 gelas air
hingga mendidih.
Setelah
rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas.
Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia
memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 – 7 ons. Sepotong buah Annona muricata cukup untuk sehari. Pada
24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan
mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana akibat
perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut mengempis.
Pagi itu
ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia miring
ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut yang
mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking senangnya,’
kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti.
Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil
pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.
Menurut
dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya
sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan seperti luruh
bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari konsumsi daun dan
buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk feses
dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui keringat.
‘Pikiran
saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah
perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar.
Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga
kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.
10.000 kali
Perubahan
kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2
pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai
setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90
hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.
Yanti
Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili
Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker
prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di
Palembang , Sumatera Selatan).
Dokter
juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih mengonsumsi
rebusan segelas daun sirsak 3 kali sehari. Dua bulan berselang, kondisi
kesehatannya kian membaik. Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi kanker.
Pada kasus Haryanto, dokter tak menyarankan operasi karena usia pasien lanjut,
70 tahun. Haryanto yang juga herbalis itu mengonsumsi jus buah sirsak (baca: Sirsak Stop Kanker Prostat,
halaman 18)
Selain
ke-3 jenis kanker – serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti
secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan
usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di
Sekolah Farmasi Purdue University ,
Indiana , Amerika Serikat, Jerry L
McLaughlin. Peneliti yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu
membuktikan bahwa daun Annona muricata
manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini terabaikan itu
ternyata mujarab mengganyang sel kanker.
Ada apa di
balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi
Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak bersama
Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka melakukan uji praklinis
dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru dan
pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi
kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign
Urbane University, Amerika Serikat, itu.
Acetogenins
menghambat ATP kanker
‘Acetogenins
menghambat ATP (adenosina trifosfat, red).
ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga
membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di
reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi
energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya
acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan
ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh.
‘Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP.
Hal ini yang membuat senyawa dalam
daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,’
kata Sastrodihardjo.
Bukan
hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The
Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan
McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research
Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh
sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin
dan kemoterapi.
Adriamycin
yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai
jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker
pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan
memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Menurut
peneliti di Cancer Chemoprevention Research
Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara
Fitri yah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis
kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset
McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 g/ml, sedangkan ED50
senyawa murni cuma < 4 g/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 – 15 daun
sirsak masih aman dikonsumsi.
Tren sirsak
Menurut
Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun
karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi
harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari
seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata
kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, itu.
Berbagai
lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan
kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB,
Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di
daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari,
meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein (RIP). ‘RIP mampu merusak
sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga mati,’ kata Sismindari.
Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga
baik bagi orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun
sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi
pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini
para dokter dan herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien.
Ada yang meresepkan secara
tunggal – hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak
dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan
daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.
Herbalis
di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak terutama sebagai
pengganti kemoterapi pada pasien kanker. ‘Khasiat daun atau buah sirsak itu
untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker, menyembuhkan
peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh
tidak lemah,’ kata Lina Mardiana. Para dokter
dan herbalis seperti Valentina Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun
yang sedang – tak terlalu tua dan tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira
daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Para herbalis meresepkan
daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker. Herbalis di Gegerkalong,
Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty, misalnya, meresepkan daun
sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan
daun sirsak untuk pasien yang menderita peradangan, misalnya radang
tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien (baca: Sentosa Karena Graviola halaman
24).
Menurut
dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata bersifat netral
sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis lain yang juga
meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria
Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para
herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 – 4
tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan
sendiri sejak pencarian daun hingga merebus.
Harap
mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam
kapsul seperti kapsul bermerek Graviola yang beredar di mancanegara. Oleh
karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang belum memiliki pohon
biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan bibit juga meningkat.
Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan Barat, Simbul Haryadi
mengatakan permintaan bibit sirsak pada September 2010 mencapai 400 bibit.
Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. ‘Stok bibit di kebun sampai habis,
sekarang saya sedang memperbanyak lagi,’ kata Haryadi.
Begitu
juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di Cijantung, Jakarta
Timur, yang mencapai 600 – 700 bibit per bulan. Lonjakan permintaan signifikan
itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit buah di
Bogor , Jawa Barat, Syahril sama juga.
Permintaan bibit durian belanda itu fantastis, sejak Agustus 2010 mencapai
3.000 – 5.000 tanaman per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan. Harga bibit
setinggi 40 – 50 cm di berbagai penangkar Rp20.000 – Rp30.000. Menurut para
penangkar tingginya permintaan bibit sirsak berkaitan dengan pemanfaatan daun
atau buah sebagai obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni yang juga
mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu
mengeluarkan uang jutaan rupiah.’ (Sardi
Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati, Lastioro Anmi Tambunan, & Tri
Susanti)
Daun Sirsak vs Kemoterapi (Ribuan Kali Lebih Kuat)
Mengobati Kanker Serviks
sumber:
Trubus Online
Yanti Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit, ‘Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran Bogor , Jawa Barat, 20 Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.
Dokter yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti. Kadar CA – indikator adanya sel kanker – 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35 U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan Yanti menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk mengatasi kista.
Namun, 2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama persis dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih pengobatan herbal. Ia mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam kapsul untuk sebulan. Sayang, Yanti yang membayar Rp9-juta tak mengetahui jenis tanaman obat yang ia konsumsi.
Batal operasi
Yanti disiplin mengonsumsi 3 kapsul herba itu 3 kali sehari. Namun, tanda-tanda kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian membesar dan nafsu makan hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yanti memutuskan untuk menjalani operasi pada 10 Agustus 2010.
Sehari sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya, Yanti membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3 gelas air hingga mendidih.
Setelah rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas. Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 – 7 ons. Sepotong buah Annona muricata cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut mengempis.
Pagi itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking senangnya,’ kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti. Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan seperti luruh bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari konsumsi daun dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui keringat.
‘Pikiran saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar. Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.
10.000 kali
Perubahan kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2 pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90 hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.
Yanti Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di Palembang , Sumatera Selatan).
Dokter juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih mengonsumsi rebusan segelas daun sirsak 3 kali sehari. Dua bulan berselang, kondisi kesehatannya kian membaik. Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi kanker. Pada kasus Haryanto, dokter tak menyarankan operasi karena usia pasien lanjut, 70 tahun. Haryanto yang juga herbalis itu mengonsumsi jus buah sirsak (baca: Sirsak Stop Kanker Prostat, halaman 18)
Selain ke-3 jenis kanker – serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue University , Indiana , Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa daun Annona muricata manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.
Ada apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel kanker paru-paru dan pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign Urbane University, Amerika Serikat, itu.
Acetogenins menghambat ATP kanker
‘Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat, red). ATP sumber energi di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. ‘Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat senyawa dalam daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,’ kata Sastrodihardjo.
Bukan hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The Journal of Natural Product membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin dan kemoterapi.
Adriamycin yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Menurut peneliti di Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada (CCRC–UGM), Nur Qumara Fitri yah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 g/ml, sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 g/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 – 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.
Tren sirsak
Menurut Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, itu.
Berbagai lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari, meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein (RIP). ‘RIP mampu merusak sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga mati,’ kata Sismindari.
Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini para dokter dan herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan secara tunggal – hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.
Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak terutama sebagai pengganti kemoterapi pada pasien kanker. ‘Khasiat daun atau buah sirsak itu untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker, menyembuhkan peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh tidak lemah,’ kata Lina Mardiana. Para dokter dan herbalis seperti Valentina Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun yang sedang – tak terlalu tua dan tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Para herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker. Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty, misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang menderita peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien (baca: Sentosa Karena Graviola halaman 24).
Menurut dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 – 4 tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan sendiri sejak pencarian daun hingga merebus.
Harap
mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam
kapsul seperti kapsul bermerek Graviola yang beredar di mancanegara. Oleh
karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang belum memiliki pohon
biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan bibit juga meningkat.
Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan Barat, Simbul Haryadi
mengatakan permintaan bibit sirsak pada September 2010 mencapai 400 bibit.
Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. ‘Stok bibit di kebun sampai habis,
sekarang saya sedang memperbanyak lagi,’ kata Haryadi.
Begitu
juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di Cijantung, Jakarta
Timur, yang mencapai 600 – 700 bibit per bulan. Lonjakan permintaan signifikan
itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit buah di
Bogor , Jawa Barat, Syahril sama juga.
Permintaan bibit durian belanda itu fantastis, sejak Agustus 2010 mencapai
3.000 – 5.000 tanaman per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan. Harga bibit
setinggi 40 – 50 cm di berbagai penangkar Rp20.000 – Rp30.000. Menurut para
penangkar tingginya permintaan bibit sirsak berkaitan dengan pemanfaatan daun
atau buah sebagai obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni yang juga
mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu
mengeluarkan uang jutaan rupiah.’ (Sardi
Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati, Lastioro Anmi Tambunan, & Tri
Susanti)
No comments:
Post a Comment